Hikmah Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam: Petunjuk Jiwa Menuju Allah

Featured Image

Tokoh Sufi Besar dan Karya Berharga

Ibnu Athaillah As-Sakandari adalah salah satu tokoh sufi besar yang dikenal melalui karyanya yang monumental, "Al-Hikam". Buku ini berisi kumpulan kata-kata hikmah yang menggugah jiwa, menuntun hati mendekat kepada Allah, dan membimbing pembaca dalam perjalanan spiritual (suluk). Dalam dunia tasawuf, Al-Hikam dianggap sebagai pelita yang menyinari jalan para pencari Tuhan.

Siapa Ibnu Athaillah As-Sakandari?

Ibnu Athoillah wafat pada tahun 709 H. Ia adalah seorang ulama sufi dari Mesir yang menjadi murid dari Syaikh Abu Al-‘Abbas Al-Mursi, penerus jalan tarekat Syadziliyah. Melalui tulisan-tulisannya, Ibnu Athoillah banyak memberikan pengaruh besar dalam dunia spiritual Islam, terutama dalam ranah tasawuf yang berpijak pada Al-Qur'an dan Sunnah.

Kata-Kata Hikmah dari Kitab Al-Hikam

Berikut ini beberapa kata hikmah pilihan dari kitab Al-Hikam, lengkap dengan penjelasan makna dan relevansi dalam kehidupan sehari-hari:

  1. "Salah satu tanda bergantung pada amal adalah berkurangnya harapan ketika terjadi kegagalan."
    Makna: Sering kali manusia mengira bahwa amal adalah penyebab utama keberhasilan. Padahal, semua keberhasilan semata-mata karena rahmat Allah. Jika harapan kita hanya bertumpu pada amal, maka ketika amal itu gagal atau tidak diterima, kita langsung putus asa.
    Relevansi: Dalam kehidupan modern, kita sering merasa kecewa ketika usaha kita tidak membuahkan hasil. Kata hikmah ini mengajarkan bahwa usaha penting, tapi jangan lupakan peran takdir dan kasih sayang Allah.

  2. "Keinginanmu untuk lepas dari duniawi padahal Allah masih menempatkanmu di dalamnya, adalah bentuk kelalaian terhadap tugas yang diberikan Allah."
    Makna: Terkadang orang ingin hidup zuhud atau menyepi, namun lupa bahwa ia masih memiliki amanah duniawi seperti bekerja, berdakwah, atau mendidik anak. Jangan lari dari tanggung jawab dengan dalih ingin lebih dekat kepada Allah.
    Relevansi: Banyak orang hari ini terjebak antara keinginan untuk spiritualitas dan realitas kehidupan. Hikmah ini mengingatkan bahwa spiritualitas sejati justru lahir dari kesadaran menjalankan amanah duniawi dengan hati yang terikat pada Allah.

  3. "Jangan menantikan datangnya waktu luang untuk beribadah. Sebab, jika engkau tidak beribadah di saat sibuk, maka engkau juga tak akan beribadah di saat luang."
    Makna: Banyak orang menunda mendekat kepada Allah karena merasa terlalu sibuk. Namun, waktu luang tak selalu datang. Justru mereka yang bisa mendekat kepada Allah di tengah kesibukan adalah orang yang benar-benar mengenal-Nya.
    Relevansi: Di era penuh distraksi ini, kata hikmah ini menjadi pengingat penting. Jangan menunggu waktu ideal untuk mulai membaca Al-Qur’an, shalat malam, atau berdzikir. Mulailah sekarang, di sela kesibukanmu.

Mengapa Al-Hikam Relevan Sepanjang Zaman?

Buku Al-Hikam bukan hanya kumpulan kata mutiara, melainkan peta spiritual bagi setiap pencari Tuhan. Gaya bahasanya singkat, padat, namun dalam makna. Tak heran jika kitab ini terus dipelajari di berbagai pesantren, majelis taklim, dan komunitas tasawuf di seluruh dunia.

Kata-kata hikmah Ibnu Athoillah sangat relevan di zaman sekarang karena: - Menguatkan hati yang resah. - Menenangkan jiwa yang gelisah. - Membimbing hidup agar terhubung dengan Allah.

Kitab Al-Hikam karya Ibnu Athoillah adalah harta spiritual Islam yang patut direnungi oleh setiap Muslim. Dalam setiap katanya, tersimpan petunjuk ilahi yang membimbing jiwa untuk tetap bergantung pada Allah dalam segala keadaan. Semoga kita termasuk orang yang diberi taufik untuk mengamalkan hikmah-hikmahnya.

"Jangan kau sangka jalan menuju Allah itu bebas dari ujian. Sebab jalan menuju-Nya adalah jalan para Nabi, dan mereka pun diuji." – Ibnu Athaillah

Post a Comment